Orang tua korban terlihat menangis, mengenang keseharian korban sebelum tewas tertabrak mobil. |
e-news.id
Langkat - Orang tua mana tak remuk hatinya, jika buah hati yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang, ternyata telah pergi untuk selama-lamanya. Pedihnya, kepergian sang anak, hanya berselang beberapa waktu setelah ia berpamitan untuk melaksanakan niat mulia, yaitu, membangunkan warga agar sahur dan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Saifullah, orang tua Feri Idul Fitri (15), salah satu dari 3 korban tewas akibat kecelakaan yang melibatkan beca bermotor (betor) dan mobil jenis Pickup berwarna gelap, di Jalan T. Amir Hamzah, Kelurahan Kwala Begumit, Kecamatan Binjai, Langkat, pada Minggu 26 April 2020 sekira pukul 03:30 WIB kemarin.
Kepada awak media ini, ia mengisahkan, sesaat sebelum terjadinya peristiwa naas itu, buah hatinya tersebut, meminta waktu untuk tidak menemani sang ayah bekerja seperti biasa, sebagai pengemudi angkutan barang. Hal itu, diluar kebiasaanya, dimana sang anak selalu bersemangat untuk berangkat bersamanya untuk ikut bekerja.
"Sebelum kejadian ini, anak saya Feri Idul Fitri, selalu ikut saya bekerja sebagai kenek mobil, karena saya juga sopir angkutan barang gitu, jadi kemarin malam dia bilang mau libur dan ingin tidur di masjid biar bisa banguni warga sahur, dia gak biasanya begitu, biasanya selalu ingin ikut saya kerja," kisah Saifullah.
Tanda-tanda kepergian anaknya untuk selama-lamanya kian terasa, ketika ia dan Feri Idul Fitri, berbincang soal keikutsertaannya bekerja sebagai kenek atau kondektur bagi sang ayah. Saifullah mengatakan, dirinya mencoba meyakinkan korban agar ikut bekerja, supaya ada uang untuk membeli baju lebaran, namun balasan Feri Idul Fitri, mengisyaratkan sebuah tanda pamit untuk kembali ke pangkuan sang Khalik.
"Malam itu, saya ajak lagi kerja dia, saya bilang sudah ikut saja biar uangnya nanti untuk Feri semua biar bisa beli baju raya, terus dia jawabnya begini bang, gak usah beli baju raya, orang nanti gak akan dipakai kok," kenang Saifullah, sembari menirukan gaya perbincangan mereka saat itu.
Baca juga : https://www.e-news.id/2020/04/niat-mulia-berbuah-petaka-2-pemuda.html
Setelah usai berbincang malam itu, Feri Idul Fitri, lantas beranjak ke arah rumah ibadah masjid tempat berkumpulnya para remaja yang biasa akan menggelar tradisi membangunkan warga untuk sahur dan berpuasa. Merasa ada sesuatu yang ganjil saat itu, sekira pukul 03:40 WIB, Saifullah, berusaha mencari anaknya yang belum kunjung pulang ke rumah untuk makan sahur, ia pun beranjak ke masjid di sekitar rumahnya, namun tidak menemukan siapa-siapa, hingga terdengar kabar adanya kecelakaan tersebut.
"Saya merasa ada yang gak enak di hati, terus saya cari Feri ke arah masjid, terus tidak ada siapapun di sana, terus saya mencari lagi ke arah simpang, disepanjang jalan ada yang bilang ke saya, lihat dulu yang kecelakaan itu ada yang meninggal di lokasi kejadian tadi, terus saya pun menuju ke arah sana, menurut warga di sana yang meninggal atas nama Sadat, saya pikirpun orang lain, rupanya disekitar sini anak saya biasa dipanggil begitu, sayapun jadinya lemas, langsung saya tembak (menuju) ke rumah sakit sampai di sana, udah gak bisa cakap lagi saya bang, cuma bisa diam dan nangis sambil saya peluk dia," ungkapnya, sembari menyeka air mata yang jatuh tak tertahankannya.
Kejadian naas itu, tentu menimbulkan rasa duka serta kesedihan teramat dalam bagi seluruh keluarga. Tidak hanya soal ditinggalkan selama-lamanya oleh para korban, namun, kepedihan itu semakin diperparah dengan, sang pengemudi mobil Pickup yang seharusnya bertanggung jawab atas peristiwa tersebut, malah kabur tanpa jejak, meninggalkan mereka yang tertabrak bergelimpangan di tengah jalan.
Suasana rumah duka, korban tabrakan maut, saat berusaha membangunkan warga untuk sahur |
Hal itu diungkapkan oleh Saifullah ayah Feri Idul Fitri, dirinya berujar, hewan sekalipun masih memikii rasa empati atau kepedulian. Melihat kejadian yang menimpa anaknya, tentu, sang pengemudi mobil yang terlibat kecelakaan tersebut, lebih parah dari pada hewan, karena lari usai menabrak anaknya berserta kesembilan rekannya hingga ada yang meninggal dunia.
"Saya tidak habis pikir bang, kalau dilihat di lokasi kejadian dan mendengar dari korban yang selamat, tabrakannya itu kuat sekali, dan yang nabrak gak ada pakai rem, bahkan mereka terseret sampai hampir delapan puluh meter jauhnya, setelah itu dia kabur begitu saja ditinggalkannya anak-anak kami dalam keadaan sekarat, ini sudah jelas lebih parah dari binatang, saya sopir juganya bang, kalau memang dia takut di pukul massa, di kaburnya ke arah kantor polisi, terus dia mau tanggung jawab, ini, sampai saat ini tidak ada diketahui batang hidungnya, berarti bukan manusia sopirnya itu," ujarnya.
Ketika ditanya, hal apa yang ingin ia sampaikan kepada buah hatinya, meski, saat ini telah berbeda alam dengan Feri Iful Fitri, Saifullah, terdiam sejenak, dan dengan bibir bergetar, ia berusaha mendoakan anaknya untuk diterima seluruh amal ibadahnya dan diterima di sisi yang maha kuasa.
"Apa yang bisa saya sampaikan ya bang, kalau ditanya hati saya udah hancur kali pun, tapi saya juga harus ikhlas menerimanya, yang pasti saya berdoa kepada Allah SWT, agar amal ibadah anak saya diterima, dan ditempatkan di tempat terbaik disisi-Nya," harap Saifullah, dengan nada tersedu menahan luapan kesedihan dalam hatinya. (RFS)